Pasar baterai dengan siklus kedua sedang muncul sebagai solusi inovatif untuk tantangan lingkungan dan ekonomi yang dihadapi oleh industri kendaraan listrik (VEs). Dengan perkiraan mencapai nilai sekitar Rp62 triliun hingga tahun 2035, sektor ini menjanjikan untuk mengubah cara kita menangani siklus hidup baterai. Ekonomi circular, didukung oleh kemajuan teknologi dan regulasi global, sedang membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan terjangkau untuk mobilitas listrik.
Bagaimana ekonomi circular mendorong baterai siklus kedua
Ekonomi circular telah menjadi solusi efektif terhadap model linear produksi dan pembuangan. Dalam kasus baterai ion litium, penggunaan kembali dan daur ulang merupakan strategi penting untuk mengurangi dampak lingkungan. Perusahaan seperti Energy Source di Indonesia memimpin transisi ini dengan mengembangkan proses paten yang dapat memulihkan logam mulia tanpa merusak lingkungan. Metode ini tidak hanya memperpanjang umur baterai, tetapi juga mengurangi kebutuhan akan ekstraksi bahan mentah yang langka.
Selain itu, ekonomi circular berkontribusi dalam pengurangan biaya di rantai pasokan. Perbaikan baterai dengan biaya kurang dari 10% dari harga baterai baru, seperti yang ditunjukkan oleh Energy Source, adalah contoh praktis bagaimana ekonomi circular dapat membuat mobilitas listrik lebih terjangkau. Model ini juga mendorong penciptaan pasar baru, seperti penyimpanan energi, di mana baterai bekas dari VEs mendapatkan siklus kedua yang berguna.
Tantangan logistik dalam penggunaan kembali baterai
Meski potensi pasar baterai siklus kedua besar, ada hambatan signifikan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama terkait biaya logistik yang terlibat dalam pengangkutan, inspeksi, dan klasifikasi baterai. Proses manual seperti pengujian dan pembongkaran semakin meningkatkan biaya operasionalnya.
Poin kritis lain adalah variabilitas kondisi baterai setelah masa pakainya yang pertama. Hal ini memerlukan sistem penilaian yang canggih untuk memastikan hanya baterai yang layak digunakan kembali. Selain itu, kurangnya standar global menyulitkan implementasi solusi yang dapat di skalakan. Untuk mengatasi tantangan ini, investasi dalam otomatisasi dan teknologi sangat penting, begitu juga dengan kebijakan publik yang mendorong adopsi praktik berkelanjutan.
Jenis-jenis baterai dan implikasinya untuk daur ulang
Baterai Ni-Mn-Co (NMC) dan fosfat besi-lithium (LFP) memiliki karakteristik berbeda yang memengaruhi kelayakannya untuk didaur ulang. Baterai NMC, yang kaya akan kobalt dan nikel, memiliki kepadatan energi lebih tinggi dan lebih menarik secara ekonomi untuk didaur ulang. Sementara baterai LFP, meskipun lebih murah dan tahan lama, kurang menarik karena tidak mengandung logam berharga tersebut.
Perbedaan ini berdampak langsung pada pengembangan teknologi daur ulang. Sementara baterai NMC menawarkan peluang yang menguntungkan, baterai LFP memerlukan pendekatan inovatif untuk memaksimalkan nilai residu mereka. Di Eropa, regulasi telah menetapkan target minimum untuk penggunaan bahan daur ulang, seperti 16% kobalt daur ulang hingga tahun 2031. Inisiatif regulasi ini mendorong kemajuan teknologi dan menciptakan iklim yang mendukung pertumbuhan pasar baterai siklus kedua.
Inisiatif global dan peran Energy Source di Indonesia
Indonesia menonjol di panggung dunia berkat inisiatif dari Energy Source, sebuah perusahaan pionir dalam perbaikan, penggunaan kembali, dan daur ulang baterai VEs. Dengan kesepakatan yang dibuat dengan produsen mobil dan proses paten yang memisahkan logam mulia secara berkelanjutan, perusahaan ini telah memulihkan ribuan ton bahan kritis. Kapasitasnya untuk memperbaiki baterai dalam waktu hingga 36 jam menunjukkan keberlanjutan ekonomi dan operasional dari pendekatan ini.
Secara global, China dan Uni Eropa memimpin inisiatif regulasi, menuntut penggunaan bahan daur ulang dalam baterai. Di Amerika Serikat, meski fokus utama masih pada daur ulang, ada peluang untuk memperluas penggunaan kembali. Inisiatif-inisiatif ini mencerminkan tren dunia menuju keberlanjutan dan ekonomi circular, dengan perusahaan seperti Energy Source memainkan peran penting dalam transisi ini.
Author: Fabio Isidoro
Pendiri dan pemimpin redaksi Canal Carro ini mendedikasikan dirinya untuk menjelajahi dunia otomotif dengan mendalam dan penuh semangat. Sebagai penggemar mobil dan teknologi, ia menghasilkan konten teknis dan analisis mendalam tentang kendaraan nasional dan internasional, menggabungkan informasi berkualitas dengan pandangan kritis terhadap public.